Kemudianterjadilah pembantaian pada Ahlul Yamamah, yaitu para sahabat yang hafal alqur'an, maka berkata Umar bin Khattab ra agar Alqur'an ditulis dan dikumpulkan dalam satu jilid, maka Abubakar ra berkata : Bagaimana aku berbuat hal yang tak pernah diperbuat oleh Rasulullah saw?,(tak pernah ada hadits atau ayat yang memerintahkan untuk membukukan Alqur'an
Gunung adalah juga makhluk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Bahkan, gunung adalah makhluk yang tak pernah durhaka kepada Allah. Dalam Al Qur’an, gunung dikisahkan enggan menerima amanah Allah, sebab ia khawatir tidak sanggup menjalankannya. Di zaman Rasulullah, pernah ada gunung yang berguncang. Kisah itu diriwayatkan Imam Bukhari dalam shahih-nya.
KEPADASAUDARIKU Ini adalah sepucuk surat buat segenap ukhti yang beriman kepada Alloh dan hari akhir. Buat segenap wanita baik sebagai ummi, ukhti, istri maupun bintiyang oleh Alloh Ta’ala telah diberi amanah memelihara tanggung jawabnya masing-masing niscaya di hari kiamat kelak akan menanyakan apa yang menjadi
Mazhabini lahir di Madinah kemudian berkembang ke negara lain khususnya Maroko. Beliau sangat hormat kepada Rasulullah dan cinta, sehingga beliau tidak pernah naik unta di kota Madinah karena hormat kepada makam Rasul. Mazhab Syafi’i Tokoh utamanya adalah Al-Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i Al-Quraisyi.
NabiMenolak ‘Tawaran’ Malaikat Penjaga Gunung DARi Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwasanya dia pernah bertanya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, “Apakah engkau pernah melewati (merasakan)
proses yang terjadi pada bagian x adalah. INI adalah kisah tentang Rasulullah dan malaikat penjaga gunung. Hari itu Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam sedang berada di bilik sederhana sang istri tercinta, Aisyah binti Abu Bakar Al-Shiddiq, yang terkenal cerdas, lincah, dan memiliki spontanitas yang mengagumkan. Ia juga fasih berbicara dan berkarakter kuat sebagai hasil didikan Bani Makhzum, salah satu marga terkemuka di kalangan suku Quraisy. Malaikat Penjaga Gunung, Lebih Parah daripada Perang Uhud Setelah memperbincangkan berbagai hal, putri khalifah pertama dalam sejarah Islam itu bertanya kepada sang suami tercinta yang langka bandingannya, “Wahai Rasul! Apakah engkau pernah mengalami luka yang lebih parah daripada luka dalam Perang Uhud?” BACA JUGA 2 Amalan Manusia yang Tidak Bisa Ditiru Malaikat “A’isyah!” jawab Rasulullah Saw. kepada sang istri yang usianya lebih muda sekitar empat puluh lima tahun dengan beliau. “Sungguh, aku pernah mengalami penyiksaan oleh kaummu. Penyiksaan yang paling pedih kualami terjadi pada peristiwa Aqabah. Foto Pinterest “Kala itu aku mendatangi lbn Abd Yalil bin Abd Kulal. Namun, dia tidak mengacuhkan apa yang kuinginkan. Lalu, dengan gundah, aku berlalu. Setibanya di Qarn Al-Tsa’alib, kuangkat kepalaku ke atas. Tiba-tiba aku melihat Jibril di situ. Dia memanggilku dan mengatakan, Sungguh, Allah Swt. mendengar ucapan kaummu kepada-mu dan jawaban mereka kepadamu. Karena itu, Allah mengutus kepadamu malaikat yang mengurus gunung untuk diperintahkan menyiksa kaummu sesuai dengan kehendakmu.’ Malaikat Penjaga Gunung, Mengucap Salam pada Rasulullah “Maka, malaikat yang mengurus gunung itu mendatangiku dan menyapaku, dan selepas mengucapkan salam kepadaku, dia berkata, Wahai Muhammad! Sungguh, Allah mendengar ucapan kaummu. Aku adalah malaikat yang mengurus gunung. Aku diperintahkan oleh Tuhanmu untuk mengurus gunung. “Aku diperintahkan oleh Tuhanmu untuk mendatangimu agar melaksanakan apa yang engkau perintahkan kepadaku. Lalu, apa yang engkau kehendaki? Kalau engkau mau, aku akan membenturkan dua gunung ini kepada mereka!’ Foto Early Frida/Islampos Aku justru berharap agar Allah memunculkan, di antara anak keturunan mereka, orang-orang yang beriman kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu pun,’ jawabku.” BACA JUGA Mengapa Isi Alquran Tidak Seluruhnya Ditafsirkan di Zaman Rasulullah? Usai bertutur demikian, Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam kemudian menikmati rehat bersama istri tercinta yang terkenal sangat cemburu dengan Khadijah binti Khuwailid, istri pertama beliau. [] Sumber Mutiara Akhlak Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam 100 Kisah Teladan tentang Iman, Takwa, Sabar, Syukur, Ridha, Tawakal,Ikhlas, Jujur, Doa, dan Tobat/Karya Ahmad Rofi Usmani/Penerbit Mizania/2006
BISA dikatakan, kecintaan umat muslim kepada sang panutan Nabi Muhammad Saw merupakan cinta yang sejati. Bagaimana tidak, tanpa pernah bertemu, bertatap muka, kita bisa begitu menyayanginya, mengagumi sosoknya. Hanya melalui kisah-kisahnya tentangnya lah rasa rindu padanya bisa sedikit terobati. Kisah berikut mengisahkan tentang masa-masa yang amat membuat Rasulullah Saw begitu bersedih. Perasaan pilu tersebut melebihi kesedihannya ketika Rasul akan dibunuh pada perang Uhud. Bahkan Nabi mengatakan jika tidak ada yang paling menyedihkan dalam hidupnya selain hari itu. Ternyata kesedihan ini justru menjadi kemarahan malaikat penjaga gunung. Sampai-sampai, malaikat tersebut ingin mengangkat dua gunung lalu menghimpitkannya ke Kota Mekkah. Seperti apa kisahnya? Disebutkan dalam Shahih Bukhari Volume 4 hadist nomor 3231 Istri Rasulullah SAW Aisyah ra bertanya kepada Rasulullah SAW “Adakah hari dalam hidupmu yang lebih buruk dari pada hari perang Uhud?” Yang manakah hari terburuk dalam hidupmu? Rasulullah SAW menjawab, Ya, itu adalah hari Aqabah di Thaif. Ketika Rasulullah menyampaikan pesan Islam kepada penduduk Thaif, mereka justru menimpukinya dan mereka tidak mendengarkan pesannya dan mereka tidak mematuhi Rasulullah dan beberapa riwayat mengatakan mereka menimpukkinya dengan batu. Ini adalah hari terburuk dalam hidupnya. Lalu ketika Rasulullah berbaring dengan wajahnya menghadap matahari dan tiba-tiba Dia melihat segumpal awan kelabu meneduhi kepalanya. Dan ketika Beliau menengadah, Rasulullah melihat malaikat Jibril Malaikat Jibril berkata “Allah telah menyaksikan apa yang mereka lakukan kepadamu, dan bagaimana perlakuan mereka kepadamu. Jadi Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung untuk membantumu,” Kemudian Malaikat Jibril memanggil malaikat penjaga gunung. Ketika malaikat penjaga gunung datang, Ia berkata kepada Rasulullah SAW, “Tuhanmu telah mengutusku, dan kami telah mendengar dan menyaksikan apa yang dilakukan orang-orang kepadamu. Perintahkanlah apa yang harus kulakukan. Apapun katamu akan ku lakukan. Apa kau ingin aku mengangkat dua gunung di Kota Mekkah? Sehingga orang-orang itu akan remuk karena terhimpit gunung itu?“ Rasulullah SAW menjawab “Tidak, aku lebih mengizinkan jika Allah SWT menjadikan keturunan dari orang-orang ini, generasi orang-orang setelah ini menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya” MasyaAllah, bayangkanlah Nabi bersabda bahwa ini merupakan hari terburuk dalam hidupnya. Bayangkan jika ini hari terburuk dalam hidup kita dan seseorang ingin menolongmu dan berkata “Aku dapat menghancurkan mereka” Tapi di sini Rasulullah menjawab “Jangan hancurkan mereka” Beliau justru menginginkan agar keturunanan mereka tidak mengikuti mereka dan beriman kepada Allah. Disebutkan dalam Shahih Bukhari Volume 8 hadist nomor 6397 bahwa seseorang menghampiri Rasulullah dan berkata “Penduduk Daus mereka tidak setuju dengan pesan Islam dan mereka menolak pesannya mengapa kau tidak mengutuk penduduk Daus ini?” Dan sahabat mengira bahwa sekarang Rasulullah akan mengutuk penduduk Daus. Tapi Rasulullah SAW justru berdoa kepada Allah “Ya Allah, tuntunlah penduduk Desa Daus sehingga mereka dengat dengan kami. Berilah hidayah, berilah petunjuk”. Dan Rasul tidak mengutuk mereka. Begitulah teladan Nabi, selalu sabar dalam segala kondisi. Hal ini tentu akan sangat sulit direalisasikan pada masa kini. Dimana sebagian kita, lebih memilih marah dan benci. []
Jakarta - Malaikat penjaga gunung pernah marah karena melihat kesedihan Rasulullah SAW setelah dakwah beliau mendapat penolakan. Ia sempat menawarkan untuk menimpakan dua gunung di Makkah dan itu diceritakan dalam Kitab 'Alam al-Mala'ikah al-Abrar & Alam al-Jinn wa asy-Syayathin karya Umar Sulaiman Abdullah Al-Asyqar dan diterjemahkan oleh Kaserun AS Rahman dengan bersandar pada hadits yang termuat dalam Shahih Bukhari dan Aisyah RA, ia bertanya kepada Nabi SAW, "Apakah engkau pernah mengalami hari yang lebih berat bagimu daripada Perang Uhud?" Rasulullah SAW menjawab, "Aku telah mendapatkan banyak hal dari kaumku. Hal yang paling berat yang pernah kualami dari mereka adalah pada hari Aqabah sebuah tempat di Mina. Hal itu ketika aku menawarkan dakwahku kepada Ibnu Abdi Yalail bin Kilal, tetapi ia tidak mau menerima apa yang aku pun berjalan dengan sangat sedih hingga baru tersadar ketika aku sudah berada di dekat Tsa'alib sebuah tempat di dekat Makkah. Aku melihat ke atas, ternyata ada segumpal awan yang memperhatikan dan ternyata di awan itu ada Malaikat Jibril yang memanggilku dan berkata, "Sesungguhnya, Allah telah mendengar ucapan kaummu terhadapmu dan bagaimana jawaban mereka terhadapmu. Allah telah mengutus malaikat penjaga gunung kepadamu agar engkau perintahkan apa yang engkau mau terhadap mereka."Selanjutnya, malaikat penjaga gunung memanggilku dan mengucapkan salam kepadaku. Ia berkata, "Wahai Muhammad, itu terserah apa yang engkau kehendaki. Jika engkau menghendaki, akan aku timpakan Gunung Akhsyabain dua gunung Makkah dan Mina."Nabi SAW menjawab, "Akan tetapi, aku berharap agar Allah menurunkan dari tulang sulbi mereka, orang yang mau menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya."Imam an-Nawawi menjelaskan dalam Kitab Riyadhus Shalihin, tawaran malaikat penjaga gunung tersebut tidak diterima Rasulullah SAW. Bahkan, beliau mendoakan semoga di antara keturunan kaumnya itu ada yang menjadi orang mukmin dan Kitab Syarah-nya, Imam an-Nawawi juga menjelaskan, Rasulullah SAW tidak pernah marah karena dirinya atau membalas penganiayaan yang mengenai tubuhnya. Sebaliknya, beliau selalu bersabar di jalan dakwah dan mencari ridha Allah SWT di balik peristiwa tersebut.
- Perang Hamra Al-Asad merupakan salah satu pertempuran yang dipimpin langsung oleh Nabi Muhammad. Kendati demikian, ada pula sejarawan yang tidak menggolongkannya sebagai perang karena dalam peristiwa ini tidak terjadi konfrontasi senjata secara langsung. Perang Hamra Al-Asad terjadi pada tahun 3 Hijriah 625 Masehi, tepat setelah Perang Uhud antara umat Muslim dengan kaum kafir perang ini, Nabi Muhammad ingin melemahkan mental musuh yang baru saja mengalahkan pasukan Islam dalam Perang Uhud. Berikut sejarah Perang Hamra Al-Asad. Baca juga Pahlawan-Pahlawan Wanita dalam Perang UhudPenyebab Perang Hamra Al-Asad Perang Uhud terjadi di Gunung Uhud, sekitar 5 kilometer di sebelah utara Kota Madinah. Dalam perang ini, umat Islam menderita kekalahan dari kaum kafir Quraisy Mekkah. Meski unggul, pemimpin pasukan kafir Quraisy yang bernama Abu Sufyan tidak puas karena gagal membunuh Nabi Muhammad. Perkataan Abu Sufyan dalam perjalanannya kembali ke Mekkah itu sampai kepada Rasulullah melalui mata-matanya. Rasulullah segera menyusun strategi agar kaum kafir Quraisy tidak melancarkan serangan kembali dan membahayakan umat Muslim di Madinah.
Suatu ketika Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam pergi ke Tha’if untuk mengajak penduduk Tha’if kepada tauhid. Tak disangka, perlakuan penduduk Tha’if sangat kasar kepada Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam. Mereka bahkan mengusir Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dan melempari Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam dengan batu hingga tubuh beliau bersimbah darah. Lalu Allah Ta’ala mengutus malaikat penjaga gunung yang datang bersama malaikat Jibril. Malaikat penjaga gunung menawarkan untuk meratakan dua gunung di Mekah supaya penduduk Tha’if binasa. Maukah Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam menerima tawaran malaikat penjaga gunung? Yuk, baca kisah selengkapnya di sini. Post Views 62
apa yang ditawarkan malaikat gunung kepada rasulullah